Keluarga istimewa
Aku tak pernah membayangkan akan melalui lika-liku hidup seperti ini.
Aku juga tak pernah membayangkan kegagalan dalam berrumah tangga terjadi padaku.
Tapi ini semua harus aku lalui dengan tanpa tapi.
Pernikahanku yang berumur kurang dari 4 tahun harus gagal.
Bukan karena apa, tapi ini pilihan.
Jalan hidup yang harus kupilih dengan sangat terpaksa.
Bukan tidak sayang kepada anak, bukan karena ego orang tua semata.
Sepasang suami istri ibaratkan suatu pakaian yang harus saling melengkapi.
Istri menjadi pakaian suami dan begitu juga sebaliknya.
Jika salah satu darimu tidak bisa lagi menjadi pakaian untuk yang lain, apakah yang harus dilakukan?
Jika semua dibilang berawal dari salah pilih pasangan, well... time is over.
Semua sudah berlalu.
Mungkin iya salah pilih pasangan,tapi setelah menikah mengapa dia enggan berbenah kalau memang dia salah sebelumnya?
Berbagai upaya sudah dilakukan, sampai aku merasa benar-benar berjuang sendirian.
Hubungan kami tidak harmonis sejak putriku masih dalam kandungan.
Bahkan sebelum itu, sebenarnya ada yang tidak beres pada ayah putriku ini, tapi aku berusaha menutupinya.
Hingga putriku berumur 2 tahun, dia enggan berbenah sampai pada suatu ketika aku memutuskan untuk berpisah rumah.
Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk bercerai dan berjuang menjadi single mother.
Tidak mudah memang di awal.
Apalagi ikatan batin antara ibu dan anak yang sangat kuat.
Jika ibu merasa sedih, si anak pun akan rewel.
Si ibu berusaha menguatkan diri sebisa mungkin.
Jika para ibu-ibu yang lain mendapat dukungan penuh dari suami ketika membesarkan anak, berbeda denganku yang harus berjuang sendiri.
Secara mental memang berat, belum lagi cibiran orang-orang di sekeliling yang hobi menjadi komentator.
Tapi aku tak punya pilihan.
Apapun yang terjadi, putriku sudah menjadi tanggung jawabku dan ini adalah anugerah terbesar dalam hidupku.
Dia masa depanku.
Maafkan mama sayang, yang telah membuatmu hidup dalam keluarga yang istimewa.
Aku adalah salah satu orang yang menolak dengan istilah "broken home", tapi aku menanamkan pada anakku bahwa dia adalah anak yang tumbuh dalam keluarga istimewa.
Aku ingin membuktikan tidak semua anak yang tinggal dalam keluarga istimewa itu bermasalah, aku ingin membuktikan bahwa mereka khususnya putriku juga bisa meraih kesuksesan seperti anak-anak yang lain.
Aamiin yaa Rabb.
Aku tak boleh lelah, tak boleh patah semangat.
Aku tetap berharap nantinya putriku menemukan sosok figur ayah yang baik untuknya.
Aamiin yaa Rabb.
Semua masa sulit pasti berlalu.
Tak ada yang sia-sia dalam hidup ini.
Semua memberikan pelajaran yang sangat berarti buatku.
Dan semua ini menjadikan aku semakin kuat.
Belajar banyak bersyukur dalam setiap keterbatasan ini. Alhamdulillah...
Aku juga tak pernah membayangkan kegagalan dalam berrumah tangga terjadi padaku.
Tapi ini semua harus aku lalui dengan tanpa tapi.
Pernikahanku yang berumur kurang dari 4 tahun harus gagal.
Bukan karena apa, tapi ini pilihan.
Jalan hidup yang harus kupilih dengan sangat terpaksa.
Bukan tidak sayang kepada anak, bukan karena ego orang tua semata.
Sepasang suami istri ibaratkan suatu pakaian yang harus saling melengkapi.
Istri menjadi pakaian suami dan begitu juga sebaliknya.
Jika salah satu darimu tidak bisa lagi menjadi pakaian untuk yang lain, apakah yang harus dilakukan?
Jika semua dibilang berawal dari salah pilih pasangan, well... time is over.
Semua sudah berlalu.
Mungkin iya salah pilih pasangan,tapi setelah menikah mengapa dia enggan berbenah kalau memang dia salah sebelumnya?
Berbagai upaya sudah dilakukan, sampai aku merasa benar-benar berjuang sendirian.
Hubungan kami tidak harmonis sejak putriku masih dalam kandungan.
Bahkan sebelum itu, sebenarnya ada yang tidak beres pada ayah putriku ini, tapi aku berusaha menutupinya.
Hingga putriku berumur 2 tahun, dia enggan berbenah sampai pada suatu ketika aku memutuskan untuk berpisah rumah.
Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk bercerai dan berjuang menjadi single mother.
Tidak mudah memang di awal.
Apalagi ikatan batin antara ibu dan anak yang sangat kuat.
Jika ibu merasa sedih, si anak pun akan rewel.
Si ibu berusaha menguatkan diri sebisa mungkin.
Jika para ibu-ibu yang lain mendapat dukungan penuh dari suami ketika membesarkan anak, berbeda denganku yang harus berjuang sendiri.
Secara mental memang berat, belum lagi cibiran orang-orang di sekeliling yang hobi menjadi komentator.
Tapi aku tak punya pilihan.
Apapun yang terjadi, putriku sudah menjadi tanggung jawabku dan ini adalah anugerah terbesar dalam hidupku.
Dia masa depanku.
Maafkan mama sayang, yang telah membuatmu hidup dalam keluarga yang istimewa.
Aku adalah salah satu orang yang menolak dengan istilah "broken home", tapi aku menanamkan pada anakku bahwa dia adalah anak yang tumbuh dalam keluarga istimewa.
Aku ingin membuktikan tidak semua anak yang tinggal dalam keluarga istimewa itu bermasalah, aku ingin membuktikan bahwa mereka khususnya putriku juga bisa meraih kesuksesan seperti anak-anak yang lain.
Aamiin yaa Rabb.
Aku tak boleh lelah, tak boleh patah semangat.
Aku tetap berharap nantinya putriku menemukan sosok figur ayah yang baik untuknya.
Aamiin yaa Rabb.
Semua masa sulit pasti berlalu.
Tak ada yang sia-sia dalam hidup ini.
Semua memberikan pelajaran yang sangat berarti buatku.
Dan semua ini menjadikan aku semakin kuat.
Belajar banyak bersyukur dalam setiap keterbatasan ini. Alhamdulillah...
Komentar
Posting Komentar